Rizki Arini selalu Jaga Kualitas Rasa Donut Etam

TENGGARONG– Pemilik Donut Etam Rizki Arini mengaku terus menjaga kualitas rasa produk donatnya.

Menurut dia, menjaga kualitas tentu sangat diperlukan dalam mengembangkan bisnis.

Ia menyebut, walaupun pada umumnya semua bahan dasar membuat donat itu sama, tetapi pemilihan kualitas rasa sangat perlu didalami untuk memilah bahan pokok.

Untuk menjaga kualitas rasa, perempuan yang karib dipanggil Kiki tersebut tidak pernah menyimpan bahan baku terlalu lama agar kelezatan rasa donat tetap terjaga.

Bahkan, dia juga menggunakan topping dengan bahan yang siap pakai.

Topping dasar beda dari donat-donat pada umumnya. Kita pakai cokelat putih. Terus meses itu bukan yang kiloan, tetapi kita gunakan yang premium,” jelasnya kepada awak media ini, Senin (19/2/2024).

Kiki mengungkapkan bahwa demi menjaga donat tetap empuk, diperlukan teknik khusus dalam mengaduknya serta takaran tepung dan bahan-bahan lainnya.

Sebagai pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang masih pemula, untuk mengembangkan usaha tentu sangat memerlukan keahlian dan inovasi-inovasi baru.

Maka dari itu, ia berharap Pemkab Kukar bisa membantu para pelaku UMKM seperti memfasilitasi pelatihan dan kelas khusus setiap bidang usaha.

Menurut dia, perlu pembinaan yang intens bagi para pelaku UMKM agar bisa memiliki kemampuan yang kompeten dan dapat berdaya saing.

“Tentunya kita butuh pembinaan, baik itu diberikan kelas memasak khususnya bidang kuliner, agar tidak repot lagi kita harus jauh-jauh ke kota sebelah mengikuti kelas,” tutup Kiki.

Sebagai informasi, bagi masyarakat yang ingin memakan donat yang berkualitas, tapi dengan harga yang terjangkau, bisa langsung mengunjungi akun Instagram @Donut_etam dan melakukan pemesanan lewat DM. (adv/lita/mt)

Listiana Mugiyati Ciptakan Batik Khas Kukar

TENGGARONG – Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Kukar Listiana Mugiyati menciptakan karya seni batik motif Buceros Gasing khas budaya lokal.

Ia menyebut batik motif Buceros Gasing termasuk komoditi usaha mikro, kecil, dan menengah di bawah binaan Dinas Koperasi dan UKM Kukar.

Motif batik ini terinspirasi dari permainan khas Kutai: begasing.

Kata dia, ada 6 jenis gasing yang menjadi motif utama dalam karya batiknya.
Selain itu, terdapat unsur motif tali yang digunakan untuk memutar gasing.

Lalu, unsur motif pucuk pakis yang memiliki harapan seperti tanaman tersebut yang bisa tumbuh di mana saja serta bisa menempatkan diri di mana pun.

Hal ini sejalan dengan tagline batik Buceros Gasing: ‘Ingat Gasing, Ingat Kukar, Buceros Gasing Tetap Bersinar’.

“Saya memang ada keinginan membuat karya batik. Lalu terinspirasi dari permainan tradisional, budaya khas Kutai yaitu gasing yang telah saya riset,” ucapnya kepada media ini, Sabtu (17/2/2024).

Perempuan yang akrab disapa Listy ini mengaku tak pandai menggambar batik.
Karena itu, ia harus meminta bantuan seorang seniman yang ahli di bidangnya untuk menggambarkan batik motif Buceros Gasing.

“Saya minta buatkan ke teman yang memang seniman ahli di bidangnya di Yogyakarta,” ungkapnya.

Listy mengungkapkan keinginannya untuk berkarya di Kukar. Di awal produksi batik Buceros Gasing ini, dia rela memboyong pengrajin dari Yogyakarta ke Kota Raja.

Namun, pembiayaan dari pengrajin hingga produksi selama di Kukar yang cukup tinggi pembuatan batik Buceros Gasing harus diproduksi di Yogyakarta.

Selain itu, kata dia, belum ada lahan yang bisa mengelola limbah hasil produksi batik yang menggunakan pewarna tekstil, bukan pewarna alami.

Sebab, sesuai ciri khas batik Buceros Gasing, selain bermotif gasing, juga memiliki warna yang cerah layaknya buceros atau burung enggang.

Produksi batik pertamanya belum bisa memunculkan minat masyarakat Kukar.

Bahkan, karyanya pernah diremehkan, sehingga membuat dia hanya memberikan batiknya kepada teman-temannya.

Namun, belakangan ia mendapatkan tawaran dari Dinas Pariwisata Kukar untuk berpartisipasi dalam pameran.

Peluang tersebut berhasil dimanfaatkannya dan karya batik buatannya dilirik oleh Pemkab Kukar.

“Saat itu Pemkab kebetulan membutuhkan batik untuk suvenir. Untuk pertama kali pesanan batik 150. Dari itu akhirnya saya terpantik tetap konsisten karena pasti ada jalannya,” beber Listy.

Semenjak itu, karya batiknya berkembang pesat karena dipesan oleh organisasi perangkat daerah dan masyarakat Kukar.

Walaupun sempat terhenti produksi saat pandemi Covid-19, dia kembali mendapatkan panggilan untuk mengikuti perlombaan fashion show pada tahun 2022.

Perbup tentang Bena Beli Produk Lokal juga menjadi sarana untuk promosi selain melalui Instagram.

Sebagai pelaku usaha kecil, ia merasa telah mendapatkan apresiasi dari pemerintah.

Setengah dari hasil penjualan batiknya sekarang bisa membantu kegiatan sosial.

“Sekian persen dari keuntungan itu memang saya sisihkan untuk kegiatan sosial. Enggak harus banyak, semampu kita aja,” ujarnya.

Berkat bantuan dari pemerintah dalam memajukan usahanya, ia telah memiliki NIB dan Hak Atas Kekayaan Intelektual untuk batik khas budaya Kukar ciptaannya.

Listy berpesan kepada pelaku usaha yang baru ingin merintis usaha untuk menentukan target pasar.

Selain itu, saran dia, perlu kreativitas serta terus konsisten, tahan banting, dan tetap realistis.

“Semakin hari kalau mau berbisnis itu ada aja peluang, tapi juga harus tahan banting. Namanya bisnis itu naik turun. Kita harus paham realistis itu,” pungkasnya. (adv/nf/mt/fb)

Syahrul Ramadhan Harapkan Program Strategis Pemkab Kukar

TENGGARONG – Manajer Utama Benua Tuah Himba (Betuah) Project Syahrul Ramadhan mengharapkan program-program strategis Pemkab Kukar untuk mendukung kemajuan para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Dia mengatakan, para pelaku usaha freelance di Kukar sangat menantikan bantuan pemerintah daerah menjangkau mereka.

Kebijakan Pemkab Kukar saat ini untuk para pebisnis freelance seperti yang dijalankan Betuah Project dinilainya masih minim.

“Terkait kebijakan pemerintah menurut saya kurang ya untuk di bidang yang freelance,” ucapnya, Sabtu (17/2/2024).

Syahrul menilai kebijakan Pemkab Kukar dalam mendukung para pelaku usaha masih belum maksimal.

Menurut dia, Pemkab lebih condong membantu UMKM yang telah memiliki produk jadi.

Sedangkan para pelaku usaha yang tidak memiliki produk jadi seperti perusahaan freelance Betuah Project masih belum tersentuh oleh pemerintah daerah.

“Saya lihat pemerintah masih mendukung UMKM yang bersifat sudah memiliki produknya,” sebut Syahrul.

Walaupun masih belum tersentuh oleh program Pemkab Kukar, sambung dia, mereka tak patah arang untuk tetap menumbuhkembangkan bisnisnya agar lebih besar.

Ia mengatakan, generasi muda harus terus optimis untuk membuat suatu karya dengan bersungguh-sungguh dalam berusaha.

Syahrul meyakini bisnis yang dilakukan dengan perjuangan yang serius akan memberikan hasil maksimal.

Kata dia, beberapa kegagalan yang dialami dalam menjalankan bisnis tak boleh membuat putus asa.

“Gagal dalam usaha itu adalah hal biasa. Justru dengan kegagalan ini dapat memacu semangat untuk berkarya dalam membangun usaha,” pungkasnya. (adv/ha/mt)

Pelaku UMKM Teluk Dalam Minta Wabup Kukar Fasilitasi Pembuatan Label Produk

TENGGARONG – Wakil Bupati Kukar Rendi Solihin menerima aspirasi para pedagang kue keroncong Desa Teluk Dalam pada Jumat (24/11/2023).

Aspirasi tersebut disampaikan kepada Wakil Bupati saat menyerahkan bantuan rombong kepada para pelaku usaha di Teluk Dalam, Kecamatan Tenggarong Seberang.

Kata Rendi, salah satu aspirasi pelaku-pelaku usaha tersebut adalah mereka meminta difasilitasi pembuatan label produk UMKM.

Dia menyatakan bahwa Pemkab Kukar bisa menjawab aspirasi tersebut lewat pelatihan pembuatan label dan kemasan produk.

Para pelaku usaha diminta untuk berkoordinasi dengan Klinik Wirausaha Pemuda Mandiri yang di bawah Dispora Kukar.

“Itu bisa nanti difasilitasi untuk pelatihan-pelatihan, baik pemasaran ataupun kemasan,” terangnya.

Para pelaku UMKM juga meminta Pemkab Kukar membantu pengembangan produk kerupuk dan amplang dari sarang burung walet.

Rendi pun mempersilakan mereka membuat proposal yang ditujukan kepada Pemkab Kukar.

“Kalau nanti di kecamatan bisa, kecamatan yang akan mengurus. Kalau tidak bisa, nanti dari dinas terkait yang akan urus,” tuturnya.

Rendi mengaku belum mengetahui pasti dinas yang mengurus produk yang berasal dari sarang burung walet.

Ia mengungkapkan bahwa Pemkab dan DPRD Kukar hanya mengatur pengelolaan sarang burung walet.

“Baru retribusi. Kalau enggak salah waktu itu terkait dengan sumber bahan bakunya yaitu sarang walet,” tutupnya.

Koordinator pelaku UMKM Desa Teluk Dalam Patmiwati mengaku selain berjualan kue keroncong, pihaknya sudah meluncurkan produk baru berbahan dasar sarang burung walet.

Mereka memberi nama produk tersebut kerupuk dan amplang walet. Produk baru ini sudah dipasarkan dan dikirim ke luar negeri.

Pihaknya mengirimnya ke mancanegara setelah mendapatkan bantuan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kukar dan Disperindag Kukar.

Dia mengungkapkan, para pembuat kerupuk dan amplang walet memiliki sejumlah tantangan untuk memproduksi produk baru tersebut, salah satunya mereka belum mempunyai mesin penggiling.

“Kami sangat membutuhkan mesin untuk menggilingnya. Kami sangat mohon dukungannya,” ujar dia. (adv/mt/fb)

Pelaku UMKM Desa Teluk Dalam Luncurkan Produk Baru

TENGGARONG – Koordinator pelaku UMKM Desa Teluk Dalam Patmiwati mengaku selain berjualan kue keroncong, pihaknya sudah meluncurkan produk baru berbahan dasar sarang burung walet.

Mereka memberi nama produk tersebut kerupuk dan amplang walet. Produk baru ini sudah dipasarkan dan dikirim ke luar negeri.

Pihaknya mengirimnya ke mancanegara setelah mendapatkan bantuan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kukar dan Disperindag Kukar.

Dia mengungkapkan, para pembuat kerupuk dan amplang walet memiliki sejumlah tantangan untuk memproduksi produk baru tersebut, salah satunya mereka belum mempunyai mesin penggiling.

“Kami sangat membutuhkan mesin untuk menggilingnya. Kami sangat mohon dukungannya,” ujar dia pada Jumat (24/11/2023).

Pelaku UMKM Desa Teluk Dalam, Ningsih menambahkan, pihaknya juga aktif memproduksi kue keroncong.

Kue tersebut sudah memiliki label yang dipasang di dalam kemasan. Label itu berasal dari Pemerintah Kabupaten Kukar.

Pemasangan label dalam kemasan, lanjut dia, bertujuan memperkenalkan kue keroncong kepada masyarakat. Selain itu, ia berharap kue tersebut bisa teridentifikasi sebagai makanan khas kukar.

“Jadi, untuk teman-teman masing-masing ada namanya, tapi minimal ada yang lebih untuk Desa Teluk Dalam. Intinya ada yang lebih. Identitas kami yang lebih dari itu,” pungkasnya. (adv/mt/fb)

Pengrajin Asal Tenggarong Sopian Ingin Adakan Pelatihan Alat Musik Tradisional

TENGGARONG – Pengrajin alat musik tradisional asal Tenggarong Kabupaten Kukar Sopian berkeinginan mengadakan pelatihan untuk membuat dan memainkan alat musik tradisional.

Dia menyampaikan keinginan besarnya membuat pelatihan tersebut terwujud melalui kerja sama dengan dinas-dinas terkait di lingkungan Pemkab Kukar.

“Membuat alat musik apa pun itu yang ada di Kutai khususnya dan nanti bisa dimainkan, sekaligus dia bisa membuat alat musik dan bisa memainkan. Nah, itu impian saya ke depannya,” ucap dia sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Diskop-UKM Kukar pada Senin (20/11/2023).

Pelatihan tersebut, sambung Sopian, bertujuan mencetak generasi penerus yang bisa membuat dan memainkan alat musik tradisional.

Sebagai pengrajin, pembuat, dan pemain musik tradisional yang kian berumur, dia ingin memiliki pengganti yang dapat melakonkan peran serupa dengannya di masa depan.

“Selama ini masih memang belum ada ya penerus atau pengganti saya ketika saya sudah tua. Ya sekarang sudah tua, artinya masih mampu,” ujarnya.

Ia menambahkan, pengrajin alat musik tradisional di Kukar sudah memiliki nama besar serta menjadi kiblat bagi daerah-daerah lain di Indonesia.

Selain dia, banyak pengrajin di Kukar yang harus menyiapkan generasi penerusnya agar kekayaan seni dan budaya daerah ini tetap lestari di masa depan.

“Saya kepinginnya ada generasi penerus. Pemuda-pemuda atau putra daerah,” ucapnya.

Sopian mempersilakan siapa pun yang ingin belajar musik tradisional kepadanya. Ia akan sangat terbuka menerima orang-orang yang ingin belajar darinya.

Dia bersyukur sejak 2015 sampai sekarang tak hanya masyarakat umum yang mendatanginya, tapi juga sekolah-sekolah sudah mulai melakukan pengadaan alat musik tradisional.

Ia pun berharap Pemda Kukar bisa bersama-sama mengembangkan dan melestarikan alat musik tradisional.

“Bisa dipakai dan bisa diterapkan di sekolah-sekolah pada khususnya gitu. Kira-kira begitu ke depannya,” tutupnya. (adv/mt/fb)